Tahapan Yang DiLalui Anakku.

Anakku Akhirnya Bisa Berdiri.

Oleh Nuraini Ahwan

Teringat aku, 15 tahun yang lalu. Saat itu umur anakku sekitar 2 tahun. Ia tumbuh sebagai anak yang lincah meskipun tubuhnya gembul. Ia sering dipanggil boboho karena tubuhnya mirif boboho yang sering menghiasi layar kaca saat itu. Anak lelaki yang kini sudah tumbuh menjadi remaja, semoga soleh dan sukses hidupmu , anakku, belajan jiwaku. 

Sejak lahir badannya memang bongsor meskipun ia tidak minum air susu ibu selama 2 tahun seperti waktu yang biasa untuk anak pada umumnya. Badan bongsor itu membuat ia tak bisa berdiri seperti anak anak kebanyakan yang bisa berdiri pada usia 9 bulan.  Anakku tidak bisa berdiri sampai usia 11 bulan. Jika aku melihatnya mau berdiri, maka tubuh anakku ku sandarkan di tembok rumah. 

Bukan hanya itu, ia bahkan tak bisa  merangkak seperti anak pada umunya yang melewati tahap perkembangan  yang wajar. Aku gelisah saat itu.  Anakku  tak bisa merangkak, bediri dan berbicara , tetapi ia merangakk dengan cara lain, menggunakan tangan dan lutut, sangat cepat. Sampai lututnya dan ujung jari kakinya hitam saat itu.

Suatu hari aku mecoba  untuk melatih anakku berdiri. Aku berdirikan ia  di tembok  ruang tamu beberapa lama. Pelan pelan kulepaskan pegangan tanganku. Aku merasa sangat senang karena anakku di usia 12 bulan saat itu bisa berdiri meskipun bersandar di tembok.  Dengan bersabar aku melatih anakku untuk berdiri dan berjalan. Ku sandar kan ia di tembok, aku duduk.menjauh dan ku ulurkan tanganku ke arah ia berdiri. Aku berharap anakku akan meraih  tanganku untuk berjalan ke arahku. Selangkah demi selangkah dalam beberapa hari anakku bisa berjalan meskipun tidak melalui tahapan sebagaimana anak yang lain. 

Lombok, 21 September 2020

Komentar