Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Rela Menunggu

Gambar
Oleh Nuraini Ahwan.  Menunggu adalah sesuatu yang sering menjemukan. Namun tidak bagi sesuatu yang sangat kita harapkan. Menunggu untuk sesuatu yang sangat kita sayangi dan cintai. Menunggu giliran dipanggil dokter untuk pengecekan kesehatan misalnya, berusaha melawan rasa jenuh dan jemu. Mondar-mandir, bolak balik, pindah duduk dari satu tempat ke tempat lain agar waktu terasa tak terlalu lama. Kotak-katik handphone juga salah satu cara menghilangkan kejenuhan.  Memanfaatkan waktu di ruang tunggu dengan membuat catatan kecil atau tulisan ini juga menjadi alternatif cara menghilangkan kejenuhan. Ketika menunggu giliran dipanggil asisten dokter dimanfaatkan untuk menulis mengapa berada di ruang tunggu ini.  Tepat 31 Desember 2020, di penghujung tahun, ujian datang kepada kami. Bukan itu masih musim penghujan. Musim penghujan,  banjir, pohon tumbang, kehujanan saat berpergian sampai pada atap bocor selalu menjadi bahan cerita dan sesuatu yang harus di atasi.  Rumah bocor menjadi perhatia

Apa Khabar

Gambar
 Oleh Nuraini Ahwan.  Seminggu sudah, rumah serasa sepi. Bukan sepi karena tidak memutar musik, bukan sepi karena tidak menonton sinetron, juga bukan sepi karena tak ada lawan bicara. Rumah terasa sepi karena sang buah hati  berangkat menjemput asa sejak tanggal 18 April 2021. Akhir Desember 2020 lalu, buah hati yang bungsu kembali ke rumah karena pandemi covid 19, harus belajar dari rumah. Kini setelah vaksin kedua ia terima, maka ia bersama teman-teman seperjuangan kembali melanjutkan meraih asa di tempat di mana seharusnya buah hati berada.  Sekitar kurang lebih 4 bulan berada di rumah, belajar jarak jauh, banyak kesan yang terpatri. Buah hati membuat rumah menjadi ramai, membuat  kepala ibu dan ayahnya cenat-cenut. Membuat hati ayah dan ibunya berdebar kencang. Latop, handphone, kuota, sinyal semuanya ada dalam kenangan ini. Membuat ibu dan ayahnya bernapas lega. Rasa nano-nano.....manis, asam enak rasanya. Begitulah untuk menggambarkan rasa selama buah hati ada di rumah.  Kini sud

Siapa yang Bersungguh-Sungguh, Ia akan Menemukan.

Gambar
Oleh Nuraini Ahwan (Dokumen diambil dari YouTube)  Dua malam tak bersamamu untuk berbuka, dua dini hari tak bersamamu santap sahur dan dua malam pula tidak ada yang usil mengganggu pulasnya ayah dan ibu dibuai malam. Dua malam pula tak ada yang datang ke setiap kamar sekedar mengingatkan kami untuk segera berkomunikasi kepada Sang Khalik. Buah hati ayah dan ibu, si Bungsu yang kini sudah berada di usia 18 tahun,  6 bulan 22 hari.  Di usiamu yang masih tergolong muda, baru saja menyelesaikan jenjang pendidikan , berbekal ijazah SMA, Allah SWT memberikanmu amanah dan tanggung jawab besar untuk menjadi abdi negara. Untuk menjadi seorang abdi negara melewati perjuangan yang luar biasa berat sehingga ini juga merupakan pencapaian yang luar biasa. Allah SWT Maha Mengetahui. Siapa yang bersungguh-sungguh. "Man Jadda Wajadda" Siapa yang bersungguh-sungguh maka ia akan menemukan, siapa yang bersungguh-sungguh maka maka ia akan dapat. " Seperti itulah, di usiamu yang memasuki usia

Mengawal Cita-Cita Buah Hati.

Gambar
Oleh Nuraini Ahwan (Foto diambil dari  dokumen pribadi)  (Pernahkah para sahabat berbeda pendapat dengan sang buah hati ketika menentukan cita-citanya? Atau menyerahkan sepenuhnya urusan cita-cita kepada buah hati? Atau mendiskusikan bersama cita-cita buah hati ? Setiap orang punya mimpi. Setiap orang punya cita-cita. Setiap orang punya cita-cita besar terhadap buah hati mereka. Beragam cara yang dilakukan sejak dini, sejak kecil bahkan semasa buah hati berada dalam kandungan.  Harapan dan cita-cita tentunya yang terbaik buat buah hati. Semasa kecil, buah hati bisa berucap ini- itu tentang cita-citanya. Kebanyakan jika ditanya, anak-anak akan menjawab ingin menjadi dokter. Entah mengapa dokter merupakan cita-cita dari anak-anak yang selalu menjadi jawaban ketika ditanya. Bagi anak laki-laki, kebanyakan menjawab ingin menjadi tentara  dan polisi. Ini adalah jawaban dari anak usia TK dan usia sekolah dasar. Termasuk anak-anak sekolah dasar di tempat saya bertugas. Lalu, selanjutnya bagai

Apakah Hanya Ini, Ibu

Oleh Nuraini Ahwan Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Satu bulan yang ditunggu-tunggu oleh segenap kaum muslimin dan muslimat. Baik tua maupun muda, termasuk anak-anak kecil yang belum kuat untuk ikut berpuasa. Bulan yang dimanfaatkan oleh ibu-ibu menyuguhkan hidangan berbuka yang lain dari hari-hari biasanya.  Sebenarnya bukan berniat berlebihan dengan menyuguhkan hidangan beraneka ragam pada bulan Ramadhan tetapi karena bulan ini banyak bedanya dari hari-hari biasa. Perbedaan itu terutama pada kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga. Hari-hari biasa, jarang ada makan bersama karena jam pulang kerja berbeda. Jadi siapa pulang lebih awal yang makan lebih awal. Pada bulan Ramadhan, semua anggota keluarga makan bersama-sama. Sholat pun berusaha untuk dilaksanakan secara berjamaah. Ini adalah moment tak terlewatkan dan tak terlupakan dalam ingatan. Moment makan dan menyiapkan makanan untuk keluarga juga merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi ibu-ibu.  Apa lagi jika mengingat

Titik Buntu Sebuah Hubungan

Oleh Nuraini Ahwan. Komunikasi memegang peranan penting dalam sebuah hubungan. Baik itu dalam hubungan pertemanan, hubungan percintaan dan hubungan dalam menjalani bahtera rumah tangga, hubungan pernikahan. Komunikasi membuat hubungan menjadi lancar, harmonis demikian juga sebaliknya. Pernikahan merupakan ikatan suci bagi pasangan suami istri. Pernikahan juga bentuk komitmen antara laki-laki dan wanita yang saling mencintai untuk hidup bersama. Tidak mudah menyamakan persepsi bagi dua insan yang berbeda, baik secara fisik maupun psikis. Maka, Islam mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan, mulai dari akad nikah, hak-hak dan kewajiban pasangan, hingga persoalan talak. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pernikahan sebagaimana yang disyariatkan agama Islam dapat tercapai. Di antara tujuan pernikahan adalah terciptanya keluarga yang sakinah (tenteram dan bahagia),  yang berdiri di atas podasi mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih sayang) Nah, ini yang belum dipahami sehingga

Kecil Namun Membekas

Gambar
 Oleh Nuraini Ahwan Terlihat sepele, tetapi berdampak pada perilaku sang buah hati. Bukan karena malas, bukan karena pelit dan bukan pula karena menguji kepatuhan  sang buah hati pada orang tuanya. Tetapi semata-mata ingin membiasakannya berperilaku jujur, patuh pada  orang tua dan tentunya tidak membiasakan mengambil barang yang bukan haknya.  Ini merupakan pembiasaan kecil, terlihat sepele dan terlihat seperti tak penting. Awalnya saya tidak tahu akan berpengaruh besar dan terbawa sampai ia besar. Karena memang spontan saja saat itu dilalu akan dan dibiasakan pada buah hati.  Kebiasaan yang kami terapkan di rumah mungkin berbeda dengan para sahabat atau mungkin sama. Saya melihat kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua dalam memberikan uang jajan pada buah hatinya yang sudah bisa mengerti dengan nilai mata uang adalah dengan memberi uang bulanan. Ini baik untuk melatih  buah hati untuk bisa bertanggung jawab terhadap miliknya, melatih manajemen keuangannya sendiri. Ini tentunya baik

Untuk Melindungi Intan

Gambar
 Oleh Nuraini Ahwan.  Ada apa dengan Intan kecilku pagi ini? Lahir dari pasangan ayah dan ibu yang sama-sama menjadi abdi negara tentu membutuhkan pengasuh di rumahnya selama ibu dan ayahnya bekerja. Tetapi tidak dengan Intan di masa kecilnya. Lalu siapa yang menjaga dan mengasuhnya setiap hari sampai ibunya pulang kerja?  Setiap pagi, Intan kecil bahkan sejak bayi merah selalu ikut bangun di pagi buta. Ia tak mengerti apa-apa. Di pagi buta itu ia sudah harus siap meskipun masih terpejam. Ia tidak mandi, cukup ganti popok saja. Ia juga harus ikut berangkat mengikuti ibunya yang berangkat bekerja. Ia bersama ibunya ke tempat penitipan.  Begitulah setiap hari, berangkat pagi dan pulang siang dijemput ibunya ketika ibunya pulang bekerja? Apakah mengendarai mobil? Tidak! Motor honda supra selalu setia menemani. Setiap pagi selendang sudah disiapkan oleh sang ayah. Begitu sudah siap, ayah mengikatkan selendang di pundak ibunya. Lalu Intan digendong ibu meluncur menggunakan sepeda motor yang

Ibu, Intan Mau Nasi Kuning

Gambar
 Oleh Nuraini Ahwan Wajah imut-imut, tubuh mungil terlihat lincah berlarian di lapangan dekat rumahnya sore itu. Baju berwarna fink terlihat senada dengan bando yang menghias di kepalanya. Sepatu cantik juga tampak seperti sepatu cinderella dalam dongeng. Ia adalah belahan jiwa orang tuanya sekaligus penyejuk pandangan orang tuanya setiap hari.  Dia adalah Intan putri pertama dari pasangan seorang ibu guru dengan sseorang Tentara Nasional Indoneia Angkatan Darat.  Sore itu, Intan sudah siap dengan baju barunya seperti mau lebaran saja. Ia sudah didandani terlebih dahulu oleh ibunya. Bedanya hari itu Intan menggunakan pakaian seperti cinderella dalam dongeng. Ini artinya pakaian yang dikenakannya adalah pakaian ulang tahun.  Ibunya tidak tampak mendampinginya berlarian  di lapangan. Ibunya bisa sesekali mengontrolnya dari balik jendela. Lagi pula sore itu banyak anak lainnya yang bermain di bawah pengawasan ayahnya seperti biasanya. Para ayah ada yang bermain voli dan  ada juga anggota