Mengawal Cita-Cita Buah Hati.

Oleh Nuraini Ahwan

(Foto diambil dari
 dokumen pribadi) 

(Pernahkah para sahabat berbeda pendapat dengan sang buah hati ketika menentukan cita-citanya? Atau menyerahkan sepenuhnya urusan cita-cita kepada buah hati? Atau mendiskusikan bersama cita-cita buah hati?

Setiap orang punya mimpi. Setiap orang punya cita-cita. Setiap orang punya cita-cita besar terhadap buah hati mereka. Beragam cara yang dilakukan sejak dini, sejak kecil bahkan semasa buah hati berada dalam kandungan. 

Harapan dan cita-cita tentunya yang terbaik buat buah hati. Semasa kecil, buah hati bisa berucap ini- itu tentang cita-citanya. Kebanyakan jika ditanya, anak-anak akan menjawab ingin menjadi dokter. Entah mengapa dokter merupakan cita-cita dari anak-anak yang selalu menjadi jawaban ketika ditanya. Bagi anak laki-laki, kebanyakan menjawab ingin menjadi tentara  dan polisi. Ini adalah jawaban dari anak usia TK dan usia sekolah dasar. Termasuk anak-anak sekolah dasar di tempat saya bertugas. Lalu, selanjutnya bagaimana orang tua mengawal cita-cita yang diucapkan pada masa kecil ini, yang bisa saja asal sebut atau asal ucap? 

Mengawal harapan, cita-cita buah hati merupakan peran penting orang tua. Ketika mungkin apa yang menjadi cita-cita buah hati tidak bagus, kurang baik, atau mungkin peluangnya kecil menurut orang tua, maka di sinilah letak perlunya membicarakan pada sangat buah hati. Orang tua yang sudah lebih banyak makan asam garam kehidupan. Mempertimbangkan sisi baik buruknya tentang pilihan sangat buah hati, memperhitungkan peluang dan kemungkinan yang ada dari pilihan orang tua serta tidak ada indikasi pemaksaan kehendak orang tua kepada sang buah hati. 

Pengawalan seperti ini para sahabat, In Syaa Allah berbuah manis. Ketika semua alasan pertimbangan, peluang dan kemungkinan kesempatan diterima oleh buah hati hingga menjatuhkan pilihan kepada pilihan orang tua dan buah hati ikhlas menerima, maka pencapaian terhadap cita-cita In Syaa Allah berjalan mulus. Ini bagian kisah atau cerita dari orang-orang yang sukses mengantarkan buah hati memasuki dunia kerja. 

Cita-cita buah hati memang bisa berubah setelah ia menginjak remaja. Pada usia sekolah menengah atas, cita-cita masa kecil berubah seiring dengan semakin matangnya pola pikir mereka. Di sinilah pula saatnya orang tua masuk mengawal cita-cita baru buah hati dengan cara yang demokratis, masuk menyelam ke hati sang buah hati, mengetuk hati dan membuka ruang pikir sang buah hati. 

Ulasan ini berangkat dari pengalaman, mengarahkan buah hati memasuki dunia kerja dengan melihat peluang dan kesempatan yang ada. Awalnya terjadi protesan secara halus, sesekali waktu menyentil orang tua tentang pilihannya itu. Namun orang tua tak kehabisan kesabaran. Terus-menerus  bertukar pikiran dengan sang buah hati terhadap pilihan orang tua yang diikuti.  Hingga pada akhirnya sang buah hati mengatakan, "Jika kita sudah masuk atau berada dalam sebuah dunia kerja, maka kita harus mencintai pekerjaan itu. Bertanggung jawab terhadap tanggung jawab yang lahir dari pilihan kita. "

Awalnya kurang suka,  tetapi seiring berjalannya waktu, rasa suka itu pasti ada. Ini adalah rezeki yang tentunya Allah SWT ridha. Ridha Allah SWT terletak pada ridhanya orang tua. 

Lombok, 19 April 2021


Komentar

  1. Ridha Allah terletak pada ridha orangtua. Kutipan yang bagus.

    BalasHapus
  2. Masyaallah, proses yang bagus antara orang tua dan anak. Insyaallah berkah.

    BalasHapus

Posting Komentar