Buah Hatiku Menjadi Siswaku

 Oleh Nuraini

Memerankan diri sebagai guru yang pertama dan utama buat sang buah hati tentunya dilakukan oleh semua ibu. Memerankan diri sebagai pengganti guru di sekolah tidak semua orang sudah atau pernah melakukannya.  Pada saat ini, hampir semua ibu atau ayah yang punya buah hati usia sekolah tentunya sedang memerankan diri sebagai guru pengganti guru sang buah hati di sekolah akibat masa pandemi covid 19 ini. Belajar dari rumah dengan teknik daring, luring atau kombinasi keduanya.

Sulitkah hal itu bagi ibu atau orang tua? Sulitkan menggantikan sosok guru mereka? Sekian bulan lamanya, hampir satu tahun. Bukanlah waktu yang singkat.  

Awalnya selalu heran jika mendengar keluhan, pengaduan atau curhatan orang tua yang merasa kesulitan mendampingi buah hatinya untuk belajar di rumah, tetapi sekarang saya tak heran lagi.  Saya mengalami sendiri saat ini.

Ketika pembelajaran jarak jauh diterapkan bagi sang buah hati untuk masa pendidikannya sampai pandemi covid 19 berlalu, maka seluruh aktivitas pembelajaran menjadi pemantauan orang tua. Karena demikian, pendokumetasian dalam bentuk foto dan video diperlukan untuk laporan. Jadi untuk foto dan video sang buah hati minta bantuan orang tua untuk mengambilnya.

Jefret....jefret, berulangkali kamera handphone saya tekan, sekian kali disuruh ulang oleh sang buah hati.  Ambil video sekalian foto juga sering salah ketika saya diminta untuk mengambil videonya. Berulang kali pula saya diminta ulang. 

Aduh,..pusing juga jika berlama -lama pembelajaran jarak jauh. Menggantikan tugas guru malah sulit juga karena lagi -lagi bersentuhan dengan teknologi. Secara kelahiran, sang buah hati lahir di zaman digital tentu saja lebih mahir dalam dunia foto dan video. 

Baru beberapa hari sudah pusing menjadi guru di rumah, bagaimana dengan yang hampir satu tahun? Jadi sangat wajar jika kejenuhan itu ada. Di saat sang buah hati menjadi siswa sendiri di rumah akibat PJJ, barulah saya merasakan......bagaimana sulitnya, membutuhkan stok sabar yang banyak.


Lombok, 16 Desember 2020




Komentar

  1. Sabarnya tingkat dewa
    Kenapa ya?
    Mengajar anaknya orang lain aja sabar giliran anak sendiri hanya berusaha sabar

    BalasHapus

Posting Komentar