Begawe Ade 2; Penamat

 Oleh Nuraini Ahwan

( Gambar diambil dari dokumen pribadi)


"Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya"

Begitulah pribahasa yang menggambarkan betapa beragamnya adat budaya yang ada di setiap daerah di Indonesia. Jangankan di lain daerah, di daerah yang sama pun ada budaya dan adat istiadat yang berbeda. Namun perbedaan itu bukan untuk dipermasalahkan tetapi justru menjadi indah seperti pelangi. Khasanah budaya berbeda ini pula yang memperkaya budaya nasional kita. 

Begawe pada suku sasak di Lombok, merupakan suatu kegiatan yang biasanya dilaksanakan sebagai bentuk selamatan atas telah dilaksanakan pernikahan, khitanan, dan acara lainnya . Tentang begawe ini sendiri telah saya tulis pada tulisan sebelumnya yang berjudul begawe ade 1.

Segala bentuk atau rentetan kegiatan dengan berbagai istilah ada dalam kegiatan begawe tersebut. Ada istilah penamat atau dulang penamat.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, budaya ini sudah mulai bergeser. Begawe banyak digantikan oleh kegiatan seperti resepsi. Katanya, resepsi ini adalah cara nasional. Begawe dengan segenap rentetannya mulai sedikit demi sedikit ditinggakkan. Demikian juga dengan budaya membuat dulang penamat. 

Waktu saya usia sekolah dasar, pada acara maulid nabi besar Muhammad SAW, dulang penamat dibuat oleh seluruh warga. Dulang penamat itu selanjutnya dibawa ke masjid. Usai zikir dan doa, dulang itu dibagikan kepada yang hadir setelah terlebih dahulu di santap isinya. 

Isi dulang penamat beragam. Mulai dari nasi, lauk, buah pisang, jajanan juga beraneka ragam sehingga isinya penuh menjulang. Ini pula yang mungkin menjadi awal atau sebab penggunaan nama dulang atau menjulang.  Isi yang menjulang itu dipilih dari yang terbaik. Misalnya pisang dipilih dari sisir paling atas dalam tandannya. Demikian juga dengan isi yang lain dipilih yang paling bagus. 


(Gambar diambil dari dokumen pribadi)

Dulang saat ini tidak banyak lagi dijumpai. Seperti di tempat saya, dulang tidak lagi dibuat untuk dibawa ke masjid, tetapi ditinggal di rumah untuk para tamu atau yang ikut pada acara zikir dan doa yang dilaksanakan di rumah masing-masing.

Tidak semua masyarakat suku Sasak yang meninggalkan budaya menyiapkan dulang pada acara begawe.  Sebut saja di sebuah kampung yang masih kental dengan adat istiadat dan budayanya. Melaksanakan begawe dengan segala rentetan kegiatan adatnya. Membuat dulang dalam jumlah tertentu dan diperuntukkan bagi orang yang dipandang berjasa dalam kegiatan begawe tersebut. Ada dulang penamat untuk Pak kyai, koordinator memasak lauk atau ran, koordinator nasi atau inen nasik (bahasa Sasak), koordinator beras atau inen beras (tukang ambil beras kalau mau memasak nasi), tukang rias pengantin, dan dulang penungkul (untuk dibawa ke rumah pengantin perempuan).






(Gambar proses penyiapan dulang penamat, diambil dari dokumen pribadi)

Terkahir, pada acara nyongkolan, dulang penamat disajikan di acara doa untuk pengantin.  Saling suap.makanan disaksikan oleh keluarga dan penghulu atau Pak Kyai. 
Begawe Ade, adalah begawe pada acara nyongkolan keluarga yang bernama Ade.



Lombok, 8 Maret 2021.







Komentar

  1. Kaya sekali adat budayanya. Antartetangga masih dekat ya Bu. Budaya menyatukan warga.

    BalasHapus
  2. Kalau pengantinnya suap-suapan dari dulang penamat kenyang atuh...pisang aja dipilih yang besar... Super semua kan... Lalai di Jawa cukup nasi kuning...ngambilnya seujung sendok... Sayang pada lipstiknya kali.. Takut ilang... Hhhh

    BalasHapus

Posting Komentar