Zio Pergi
Oleh Nuraini Ahwan
Pagi itu ia tampak lesu. Makan tidak selera, minumannya pun masih utuh tidak disentuh. Dibawakan ke dekat tempat tidurnya juga tidak berpengaruh banyak. Ia tetap tidak menyentuhnya, meliriknya juga tidak. Si bungsu membiarkannya saja begitu. Barangkali nanti sepeninggal kami, makanan itu dimakannya.
Kami meninggalkannya tidur di samping makanannya hingga siang hari. Saya berangkat kerja, si sulung mengikuti pembelajaran jarak jauh melalui zoom. Sementara ayah melakukan aktivitas lain sehingga semua tak lagi melihatnya. Entah mau makan atau tidak. Entah tertidur atau mengerang kesakitan seperti malam itu.
Siang hari ketika pulang kerja,. ..pandangan saya langsung tertuju padanya. Zi.....ziii.....begitu saya memanggilnya. Ia tetap terdiam. Saya berpikir zio tidur pulas. Biasanya ia cepat lari kalau dipanggil. Karena tidak biasa seperti itu, ..saya yang justru blari mendekat. Memegangnya, menggoyang-goyang badannya. Ternyata tubuhnya sudah kaku. Saya histeris memanggil si sulung.....zio mati... Zio mati
Kucing kesayangan si sulung mati. Semua menangis........
Lombok, 12 Marer 2021
Komentar
Posting Komentar